Jakarta – Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) berharap stigma dan diskriminasi ke para pekerja seks perempuan, waria dan laki-laki dapat di hilangkan.
Hal tersebut disampaikan Vito Munadiwarman selaku kordinator OPSI kepada wartawan dalam suatu kegiatan forum diskusi di sebuah cafe bilangan Jakarta Utara pada Kamis (12/11) siang.
“Pekerja seks maupun transgender dan transpuan selama ini masih mendapat perlakuan diskriminasi dan jadi kaum marginal bahkan di tanahnya sendiri”ucapnya
Oleh karena itu,Menurut Vito Organisasi Jaringan Nasional Penanggulangan HIV dan HAM bagi pekerja seks yang salah satu tujuannya ingin memperjuangkan terpenuhinya hak-hak konstitusi pekerja seks sebagai warga negara akan membangun jejaring dengan awak media dalam rangka pengurangan stigma dan diskriminasi.

Selain merangkul media massa,OPSI juga dikatakan Vito akan melakukan pertemuan dengan tokoh adat dan tokoh agama untuk memberikan pemahaman.
“Jadi jika ada seorang yang terinfeksi HIV/AIDS,nantinya tidak ada stigma dan diskriminasi lagi”katanya
OPSI juga di terangkan Vito telah melakukan sejumlah upaya untuk menekan angka HIV/AIDS,Mulai dari melakukan penyuluhan ke masyarakat,termasuk membuat rencana strategi penanggulangan HIV/AIDS.
“Karena yang paling rentan terinfeksi adalah seperti Perempuan pekerja seks, pelanggan pekerja seks, pria pekerja seks/gigolo,gay, transgender,dan pengguna narkoba suntik”terangnya
Dirinya berharap melalui kegiatan diskusi kali ini nantinya tak ada lagi perlakukan diskriminasi yang selama ini masih sering di dengar seperti para pekerja seks banyak disebut sebagai sampah masyarakat.
“Stigma pada Pekerja seks masih terasa hingga sekarang, sehingga pemahaman masyarakat soal HIV/AIDS perlu terus ditingkatkan melalui media.karena media diyakini memiliki peran stategis dalam membantu pengendalian epidemi HIV/AIDS sesuai fungsinya,”ungkap Vito.
Ar






