IPTU Santri Dirga S.ik :" Saya Digoda Dan Terpikat Pada Akademi Kepolisian Sejak SMA." - Mediapolisi.id
SIAP NDAN

IPTU Santri Dirga S.ik :” Saya Digoda Dan Terpikat Pada Akademi Kepolisian Sejak SMA.”

Mediapolisi.id – Ketika masih kelas dua di Boarding School SMA Taruna Nusantara daerah Magelang, Yogyakarta. Santri Dirga sudah tergoda untuk jadi seorang taruna. Setiap hari, ratusan calon perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersileweran di depannya. Malah ada beberapa taruna yang jadi kawannya. Karena memang lokasi Akademi Militer (Akmil) itu bersebelahan langsung dengan sekolahnya.

Di mata remaja seorang Dirga, taruna adalah sosok yang memikat. Penampilan para taruna selalu nyaman dilihat. Sikap tubuh mereka juga meyakinkan dan gesit. Apalagi bicara soal kecerdasan. Setiap taruna wajib memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Itu semua membuat Dirga semakin terpincut.

Tapi, kenapa pilihan Dirga bermuara jadi seorang taruna Akademi Kepolisian (Akpol).Bukankah setiap hari yang dia lihat adalah taruna Akmil?

Menjawan pertanyaan ini, Dirga mengakui bahwa hal tersebut dipengaruhi ibundanya yang juga seorang anggota Bahayangkara, AKBP Henny Yefinar.

Jadi sangatlah wajar jika akhirnya ia lebih menyiapkan diri untuk bertarung memenangkan peluang jadi siswa calon perwira Polisi Republik Indonesia itu.

Informasi latar belakang karir kepolisian di atas, dikisahkan Santri Dirga S.ik, Kanit Reskrim Polsek Pondok Gede ke Muhammad Rizky dan Muhammad Rizal dari Jaringan Kabar Media Group beberapa waktu lalu di ruang kerjanya.

Jebolan Akpol 2015 itu menerima tugas pertamanya sebagai Kanit Intel di Polres Ketapang, Kalimantan Barat. Ia bertugas di posisi ini tidak lebih satu tahun.

Sebelum mengemban mandat sebagai Kanit Intel, Dirga memang telah mengenyam pendidikan intelijen. Sehingga, ketika menerapkan ilmu tersebut di lapangan, ia bisa menjalankan tugasnya tanpa banyak hambatan.

Dirga menyimpan banyak kesan selama penugasannya sebagai orang intel. Dari pengalaman ini ia menyadari bahwa relasi dan hubungan baik sangat berperan untuk suksesnya menjalankan tugas. Ya, semua itu ia simpulkan sebagai berkah berkawan.

BACA JUGA :  Usai Pacuan Kuda Hari Pertama, Erizal Chaniago Gelar Silaturahmi Dengan Warga

Tantangan dan kendala di medan tugas adalah sebuah kepastian. Bahkan resiko seriuspun sudah jadi bagian yang harus diterima dengan berbesar hati, tegas Dirga.

Sebaliknya, prestasi dan profesionlisme juga wajib disyukuri. Kapanpun dan dimanapun, harus siap perintah, siap ditugaskan. Begitulah, meski masih ingin berkubang di jalur intel. Ia harus menerima dipromosikan sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek ) Benua Kayong, sebuah daerah di pedalaman pinggir pantai di Kalimantan Barat. Kalau merujuk istilah geografi, sebuah daerah prarural.

Suatu hal pahit yang harus diterima Dirga sebagai Kapolsek di daerah pedalaman itu, tidak lain masalah sinyal. Dia harus belajar belajar hidup tanpa sinyal. Masalah-masalah lain tidak begitu jadi catatan. Malah, menjawab persoalan-persoalan hukum yang menjadi tugas utamanya sangat minim di daerah ini. Justru, dia harus dituntut mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial yang sering timbul di tengah masyarakat.

Kembali dari Kawah Candradimuka Benua Kayong selama lebih kurang satu setengah tahun. Sebuah rentang tugas yang membuatnya jadi lebih matang sebagai insan Kepolisian Republik Indonesia. Sebab ia menerima langsung bersentuhan dengan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Benua Kayong punya tempat sendiri di ruang hatinya. Pada saat jadi Kapolsek di wilayah prarural itu, Dirga adalah Kapolsek termuda se-Kalimantan Barat.

Memasuki tahun 2018-2019, Dirga beruntung dapat kesempatan melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK). Sebuah kebanggaan yang tidak bisa ia tutupi ketika menceritakan hal ini. Soalnya memang, tidak mudah untuk dapat diterima menimba ilmu di Lembaga pendidikan kedinasan dan akademik tersebut. Boleh jadi sekian kali mendaftar, belum tentu lulus. Sedangkan ia, hanya sekali mendaftar, alhamdulillah langsung diterima.

Mengakhir masa lajangnya pada tahun 2019. Dirga mempersunting Gita Purna Indiera Adhiasti. Sebuah tanggung-jawab baru dipikul Dirga sebagai kepala keluarga.

BACA JUGA :  Kementerian Sosial Siapkan Penanganan Pasca Bencana

Berbagai jabatan sudah dilalui suami Gita Purna Indiera Adhiasti ini pada saat usianya kini belum lagi genap tiga puluh tahun.

Perwira pertama kelahiran tahun 1993 yang hobi olah raga dan membaca ini, sejatinya adalah keluarga abdi negara. Orang tua laki-lakinya yang asli Solo, Daru Tri Sadono berprofesi sebagai jaksa. Tidak heran, jika Dirga memilih jalur penegakan hukum menjadi medan pengabdiannya.

Bicara soal hukum adalah menu wajib baginya setiap hari. Syarat utama lahirnya masyarakat yang tertib, haruslah hukum hidup di tengah mereka, pesannya.

Selain pernah sebagai Kanit Intel dan Kapolsek sewaktu di Kalimantan Barat. Dia juga pernah memikul tanggung-jawab sebagai Kanit Harda di Polres Bekasi Kota, meski tidak lama. Setelah itu dimutasi menduduki posisi Kanit Ranmor.

Kini, baru memasuki bulan ketiga, Dirga menempati pos Kanit Reskrim di Polsek Pondok Gede. Tumpukan persoalan demi persoalan hukum dan kriminalitas nyaris setiap hari dia hadapi.

” Semua perkara itu harus diselesaikan sebagai dedikasi untuk masyarakat Pondok Gede khususnya,” ujar Santri Dirga mengakhiri pembicaraan.

(Muhammad Rizal/Rizky)

Related posts

Kementerian Sosial Serahkan Bantuan Bagi Korban Bom Makassar

redaksi

Kombes Hendra Rochmawan, S.I.K, MH : Humas Sekarang Harus Menjadi Front Office

redaksi

AKP. Indra. T. H, Meringkus Pembunuh Sebelum Darah Korban Mengering

redaksi

Leave a Comment